Pecinta budaya Jepang pasti sudah tidak asing lagi dengan Geisha. Meski pada kenyataannya kehidupan Geisha penuh misteri dan sangat tertutup, Geisha selalu menjadi sorotan publik karena masih menjadi bagian dari kebudayaan Jepang. Geisha merupakan seorang wanita berpenampilan mencolok dengan riasan wajah dan pakaian yang khas. Geisha juga kerap disebut sebagai wanita penghibur, tapi lebih daripada itu Geisha merupakan penggiat seni.
Bermodalkan keelokan fisik saja tidak cukup untuk dapat menjadi Geisha. Diperlukan pelatihan dan sekolah khusus untuk dapat menjadi Geisha. Geisha adalah wanita penghibur yang harus menempuh pendidikan khusus terlebih dahulu untuk belajar dan menguasai pemahaman serta praktik budaya. Di Jepang, kebanyakan orang sangat menggilai pekerjaan, mereka akan sangat mudah kelelahan. Para suami, khususnya, dilarang untuk berkeluh kesah kepada istri mereka karena itu dianggap tabu mengingat istri juga memiliki peran yang besar dalam domestik. Oleh karena itulah, untuk mengobati rasa lelah, para pekerja di Jepang sering kali menggunakan jasa Geisha yang biasanya dapat ditemui di kedai-kedai minuman.
Geisha dan istri dari pria yang menggunakan jasanya harus saling mengenal. Bahkan pada kenyataannya, banyak istri yang merasa terbantu dengan jasa Geisha karena Gesiha juga mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi suaminya terkait dengan bisnis, pekerjaan, atau ketidakharmonisan rumah tangga. Selain itu, pemerintah Jepang pada tahun 1779 telah menjadikan Geisha sebagai pekerjaan resmi yang dibawahi dan diawasi oleh Kenban. Kenban inilah yang mengawasi aktivitas Geisha agar tidak terjadi pelacuran dan oleh karenanya dikeluarkan pula sebuah aturan bahwa Geisha harus diantar jemput ke tempat pertemuan dengan pengguna jasanya agar tidak melakukan pekerjaan sebagai pelacur.
Di balik stigma buruk yang banyak menganggap bahwa Geisha adalah pelacur, ternyata dalam berbagai aspek kehidupan, Geisha juga memiliki peran yang sangat penting. Peran yang paling besar tentunya kepada pelestarian budaya. Geisha memiliki andil yang besar dalam pelestarian budaya karena Geisha bekerja menghibur para pengguna jasanya dengan menari, menyanyi dan memainkan alat musik tradisional. Geisha juga berpegang teguh pada tata krama dan melestarikan berbagai tradisi atau upacara, seperti upacara minum kopi. Geisha menggunakan riasan dan pakaian tradisional yang membuat produksi kimono semakin meningkat. Hal ini tentu juga berpengaruh terhadap perekonomian negara. Geisha juga berkontribusi dalam lingkungan pergaulan pejabat-pejabat karena di dunia politik Geisha berperan sebagai partner yang dapat menjaga kerahasiaan. Geisha turut andil dalam negosiasi, strategi pemerintahan, atau aturan-aturan yang dibuat pemerintah.
Meski Geisha memiliki andil yang cukup besar bagi Jepang, tidak sedikit yang menganggap Geisha sebagai pelacur. Dalam peraturannya, Geisha memang diperbolehkan untuk melakukan prostitusi, tetapi hanya dengan Danna, seorang pria kaya yang dapat melindungi dan memenuhi kebutuhan Geisha yang mewah. Apabila Geisha melahirkan anak dari seorang Danna, maka anak tersebut pun tidak memiliki keterikatan hubungan dengan Danna. Geisha juga sering kali menjadi istri simpanan seorang Danna dalam sebuah pernikahan yang tidak sah dan sewaktu-waktu dapat hubungan tersebut dapat putus. Inilah yang kemudian membuat tidak sedikit orang menganggap bahwa Geisha juga dikategorikan sebagai pelacur. Terlepas dari itu semua, Geisha adalah produk budaya yang memiliki nilai positif sekaligus negatif sejalan dengan pemahaman masyarakat terhadap Geisha.