Jepang Manga Opini

AI Mengancam Masa Depan Industri Manga Jepang

The Mandarake manga superstore in Tokyo’s Shibuya district. Sumber : AP

Perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemajuan pesat. Berbagai perusahaan teknologi kini menawarkan layanan AI untuk berbagai industri, yang memungkinkan pekerjaan menjadi lebih efisien dan cepat. Adaptasi AI di berbagai sektor pun semakin meluas.

Kemampuan AI yang semakin canggih juga mulai berdampak pada industri kreatif, terutama di negara-negara maju seperti Jepang. Sebagai negara dengan teknologi tinggi, Jepang tidak ketinggalan dalam mengadopsi AI untuk berbagai industri, termasuk industri kreatif. Saat ini, AI telah mampu menghasilkan gambar hanya berdasarkan deskripsi pengguna serta membantu dalam mengembangkan tulisan dan ide melalui interaksi berbasis kecerdasan buatan.

Di Jepang, pemanfaatan kecerdasan buatan dalam dunia kreatif mulai mengarah ke salah satu sektor unggulannya, yaitu manga dan anime. AI membuka peluang baru dalam industri ini, tetapi disisi lain, juga menimbulkan ancaman bagi para pekerja kreatif.

Kecerdasan buatan semakin merambah industri manga dan anime, dan dampaknya mulai dirasakan oleh para penerjemah. Beberapa khawatir AI dapat menggantikan pekerjaan mereka, tetapi ada pula yang melihat permasalahan lain yang lebih serius: penerbit menggunakan AI sebagai alasan untuk membayar penerjemah dengan tarif lebih rendah.

Dalam wawancara dengan Gizmodo, David Evelyn, penerjemah resmi Kaiju No. 8, mengungkapkan bahwa beberapa penerbit mulai menggunakan alat seperti Novelous untuk menerjemahkan manga dan light novel dengan cepat. Namun, menurutnya, AI bukan ancaman nyata karena hasil terjemahannya masih jauh dari memadai.

“Penerjemahan bukan sekadar memindahkan kata dari satu bahasa ke bahasa lain. Saya tidak berpikir AI mengancam pekerjaan kami, karena sejujurnya, AI itu tidak berguna dalam hal ini,” kata Evelyn.

Menurutnya, AI tidak mampu memahami konteks, bermain kata, menyesuaikan referensi budaya, ataupun menghasilkan dialog yang terdengar alami. Singkatnya, AI masih menerjemahkan layaknya Google Translate di masa-masa awalnya, yang jelas tidak cukup baik untuk sesuatu yang sepenting lokalisasi manga.

Sumber : Getty Image

Meskipun AI belum mampu menghasilkan terjemahan berkualitas, penerbit tetap menggunakannya lalu masalahnya, mereka melakukannya untuk menekan biaya penerjemahan. Saat ini, sebagian besar penerjemah manga bekerja sebagai freelancer dan harus mengambil banyak proyek untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tarif yang mereka terima pun jauh dari kata layak: sekitar $100 hingga $250 per bab untuk manga mingguan, dan sekitar $1.000 hingga $1.700 untuk manga bulanan. Dengan angka seperti itu, hidup dari menerjemahkan manga di negara maju terasa sangat sulit.

Lebih jauh, ada strategi curang yang diterapkan: penerbit menggunakan AI untuk menerjemahkan naskah dengan cepat, lalu mempekerjakan manusia hanya untuk memperbaiki kesalahannya. “Perusahaan mengklaim akan menggunakan editor manusia untuk meninjau hasil AI, tetapi pada dasarnya, itu berarti menerjemahkan ulang dari awal. Bedanya, sekarang mereka menyebutnya ‘meninjau AI’ dan mengharapkan kami melakukannya dengan bayaran yang jauh lebih rendah,” jelas Evelyn.

Masalah ini tidak berhenti di situ. Menurut Casey Loe, seorang penerjemah veteran, tenggat waktu pengerjaan juga semakin tidak masuk akal. Kadang-kadang, manga baru tiba hanya seminggu sebelum tanggal rilis, dan dalam waktu yang sangat singkat, tim penerjemah harus menerjemahkan, mengedit, menempatkan teks di panel, serta melakukan tinjauan akhir. Dengan jadwal seketat ini, kesalahan pasti terjadi, tetapi komunitas penggemar tidak selalu memahami situasi tersebut. Akibatnya, semakin banyak penerjemah yang mengalami pelecehan di media sosial hanya karena kesalahan kecil.

Casey Loe berpendapat bahwa salah satu solusi terbaik adalah penerbit Jepang memberikan materi lebih awal kepada tim lokalisasi, sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih baik tanpa tekanan yang berlebihan.

Kesimpulannya, meskipun AI masih jauh dari mampu menerjemahkan manga dengan akurat, dampaknya sudah terasa dalam industri ini. Alih-alih membawa kemudahan, AI justru menyebabkan penerjemah dibayar lebih rendah dan bekerja lebih keras. Jika situasi ini terus berlanjut, masa depan penerjemah manga bisa semakin suram.