Kisah layanan pelanggan di Jepang sering kali dikenal dengan cerita-cerita menakjubkan, seperti seorang pramuniaga yang mengejar pelanggan di sepanjang jalan hanya untuk mengembalikan koin 10 yen yang tidak sengaja jatuh. Namun, pintu kebaikan ini ternyata bisa terbuka dua arah. Mereka yang berani menipu juga bisa dikejar sampai ujung negara.
Kasus seperti ini terjadi pada 17 September, ketika seorang pria berusia 41 tahun berusaha mencuri dua bungkus daging sapi cincang senilai 184 yen dari sebuah supermarket di Sapporo. Seorang petugas keamanan berusia 56 tahun berhasil menangkapnya, namun saat berusaha menghentikan pria tersebut, ia terdorong di dada dan gagal mencegah pelarian si pencuri.

Pencuri tersebut melarikan diri dengan berjalan kaki, tetapi polisi berhasil melacak pergerakannya berkat jaringan kamera pengawas yang luas di jalan-jalan dan stasiun kereta. Setelah pencarian panjang, pada 23 Desember, mereka akhirnya menemukan pria tersebut di Kota Chita, Prefektur Aichi. Untuk yang tidak familiar dengan geografi Jepang, jaraknya sekitar setengah dari seluruh negara, atau lebih dari 1.000 kilometer, yang umumnya dapat ditempuh dengan berbagai moda transportasi.
▼ Peta yang menunjukkan jarak antara lokasi kejahatan dan penangkapan

Kita sudah sering mendengar tentang keterampilan pelacakan polisi Jepang yang mengesankan, tetapi kali ini mereka mungkin telah mencetak rekor dalam hal jarak yang ditempuh, terutama jika kita mempertimbangkan tingkat keparahan kejahatannya.
Saat berjalan di banyak jalan di Jepang, Anda akan sering melihat kamera pengawas yang terpasang di berbagai tempat. Kamera-kamera ini membantu polisi melacak ke mana tersangka melarikan diri. Bahkan jika tersangka bersembunyi di stasiun kereta, polisi bisa memantau mesin tiket dan memeriksa tombol yang ditekan untuk mengetahui halte mana yang akan mereka tuju. Berkat sistem kereta Jepang yang sangat tepat waktu, polisi dapat dengan akurat mengetahui kapan tersangka turun dari kereta.
Namun, setelah berhasil ditangkap, tersangka ini membantah tuduhan tersebut dan mengklaim tidak ingat apa yang telah terjadi. Banyak orang yang membaca berita ini merasa bingung, mengapa ia mencuri sebungkus daging padahal tampaknya ia memiliki cukup uang untuk bepergian sejauh itu. Beberapa orang lain juga bertanya-tanya mengapa polisi menghabiskan begitu banyak sumber daya untuk menangani pencurian kecil seperti ini.
Beberapa komentar yang muncul antara lain:
- “Ini sangat mengesankan, tapi mungkin lebih baik jika mereka menangani kasus yang lebih serius.”
- “Semuanya demi daging sapi giling…”
- “Apakah ini menggunakan AI? Jika hanya melibatkan manusia, hasilnya pasti luar biasa.”
- “Dia menghabiskan lebih banyak uang untuk melarikan diri daripada yang dia curi, atau mungkin dia hanya ingin mencuri sesuatu.”
- “Dia bisa membeli banyak daging sapi dengan uang yang dihabiskannya untuk pergi ke Aichi.”
- “Jika mereka bisa mengejar pencuri daging giling ini ke seluruh negeri, kenapa mereka tidak bisa menemukan orang yang mencuri helm sepedaku yang ada di depan kamera?”
- “Polisi pasti bosan di sana.”
- “Daging sekarang mahal, mungkin itu dianggap barang berisiko tinggi dan polisi ingin memberi contoh.”
Memang, biaya yang dikeluarkan untuk menangkap tersangka ini jauh lebih besar daripada nilai kerugian yang ditimbulkan. Namun, dalam dunia investigasi kejahatan, biaya ini sering dipandang sebagai investasi untuk pencegahan kejahatan di masa depan, bukan semata-mata untuk menyeimbangkan kerugian dari satu kejahatan tertentu. Tujuannya bukan hanya untuk memulihkan kerugian, tetapi untuk memberikan pesan bahwa tindakan kriminal akan mendapat konsekuensi, dengan harapan ini dapat mencegah kejahatan serupa di masa depan dan memberikan manfaat jangka panjang.
Apa pun alasannya, pesan yang ingin disampaikan sangat jelas: Jangan ganggu daging sapi giling milik siapa pun di Sapporo.
©SORAnews24