Aktor & Aktris Berita Korea

Klik Lebih Berharga dari Nyawa: Cyber Bullying dan Media Sensasional di Korea Selatan

Kim Sae Ron. Sumber: official instagram/@ron_sae

Korea Selatan seperti yang kita ketahui telah banyak melalui serangkaian kematian selebriti.

Kasus meninggalnya aktris Kim Sae Ron pada usia 25 tahun sekali lagi menyoroti masalah cyber bullying dan liputan media yang tidak bertanggung jawab dengan menargetkan tokoh-tokoh publik.

Sejak insiden mengemudi dalam keadaan mabuk pada Mei 2022, Kim Sae Ron mendapatkan banyak komentar kebencian secara online. Meskipun ia telah memutus kehidupan dari publik dan hiatus dari dunia hiburan, Sae Ron terus menghadapi kritik setiap kali muncul di media sosial.

Pada masa hiatusnya, Kim Sae Ron pernah terlihat bekerja paruh waktu di kafe, di acara ulang tahunnya, maupun melakukan aktivitas-aktivitas lain yang selalu menjadi sasaran empuk para cyber bully.  Mereka terus mempertanyakan ketulusan dari refleksi dirinya.

Media juga tidak terlepas menyebarkan berita dengan mengutip komentar-komentar kebencian atau melaporkan klaim-klaim yang belum diverifikasi dari para YouTuber atau pengguna online anonim.

Berita utama sensasional banyak dirancang untuk menarik klik menciptakan lingkaran setan yang tidak ada ujungnya. Konten yang menghasut kemudian viral dan mendorong lebih banyak komentar jahat.

Kematian mendiang Kim Sae Ron bukan satu-satunya kasus yang terjadi. Pada tahun 2019, Sulli dan Go Hara juga meninggal dunia akibat bunuh diri setelah mengalami cyber bullying tanpa henti.

Go Hara berjuang di bawah tekanan liputan media yang invasif, dan Sulli terus menghadapi cacian di media sosialnya. Setelah kematian mereka, anggota parlemen mengusulkan apa yang disebut “Undang-Undang Sulli”, yang berusaha untuk memperkenalkan verifikasi nama untuk para pemberi komentar online. Namun, RUU tersebut pada akhirnya ditolak oleh majelis nasional.

“Masyarakat kita tampaknya percaya bahwa selebriti harus dihujat di depan umum setiap kali mereka melakukan kesalahan, seolah-olah itu adalah bagian dari harga ketenaran. Jika media terus mengikuti pola ini hanya untuk dilihat dan diklik, lebih banyak lagi yang akan ditinggalkan. untuk mencegah tragedi serupa di masa depan. Kita perlu mempertimbangkan langkah-langkah baru untuk melindungi selebriti dari komentar jahat dan liputan media yang merusak.” Kim Heon Sik, profesor studi sosial dan budaya di Universitas Jungwon.

Kematian mediang Kim Sae-ron sekali lagi menjadi menjadi pengingat bahwa di balik layar gemerlap industri hiburan, ada manusia yang berjuang dengan tekanan dan ekspektasi untuk menjadi sempurna. Jika publik dan media terus memperlakukan selebriti sebagai objek yang layak diperlakukan buruk, hanya akan membuat tragedi yang sama terulang kedepannya. Para ahli menekankan perlunya refleksi sosial dan langkah-langkah perlindungan yang lebih kuat.