Setahun setelah kepergian Akira Toriyama, kontroversi seputar penghormatan terhadap sang legenda justru makin memanas. Tiga editor veteran yang pernah menangani Dragon Ball, Kazuhiko Torishima, Yu Kondo, dan Fuyuto Takeda, melontarkan kritik tajam terhadap Shueisha, penerbit yang menerbitkan karya-karya Toriyama.
Dalam podcast KosoKoso terbaru, mereka mengungkapkan kekecewaannya terhadap cara Shueisha menangani berita duka ini. Pengumuman kematian Toriyama dinilai dingin dan tanpa emosi, tanpa ada upaya nyata untuk mengenang jasanya. Tak ada acara penghormatan, tak ada mural perpisahan di kantor pusat, bahkan sekadar tempat bagi para fans untuk meninggalkan pesan pun tidak disediakan.
Sementara di Jepang seolah tak ada gerakan berarti, justru di luar negeri, para penggemar dan rekan-rekan Toriyama yang bergerak lebih dulu. Takao Koyama, penulis naskah anime Dragon Ball, menggelar penghormatan global di mana ribuan orang mengangkat tangan ke langit ala Genki-dama sebagai simbol terima kasih kepada sang kreator. Di media sosial, muncul pertanyaan besar: bagaimana bisa fans melakukan lebih banyak untuk Toriyama dibandingkan penerbit yang selama puluhan tahun menikmati kesuksesan dari karyanya?
Kontroversi ini juga memperkeruh konflik internal di balik layar. Akio Iyoku, produser Dragon Ball Daima sekaligus tangan kanan Toriyama, dikabarkan berselisih dengan Shueisha. Iyoku disebut-sebut selalu berusaha menjaga visi Toriyama, bahkan mengambil keputusan besar seperti adaptasi Sand Land tanpa konsultasi dengan Shueisha. Hal ini berujung pada penurunannya dari posisi penting di perusahaan, hingga akhirnya ia mendirikan studio sendiri untuk mengurus hak Dragon Ball secara independen.
Dampaknya? Dragon Ball Super masih tanpa kejelasan kapan akan kembali, dan masa depan franchise ini jadi tanda tanya besar. Para mantan editor khawatir, jika Toriyama saja tidak mendapat penghormatan yang layak, bagaimana nasib mangaka-mangaka masa depan?
Saat ini, fans terus menekan Shueisha agar memberikan penghormatan yang pantas untuk Toriyama. Namun, hingga sekarang, pihak penerbit tetap bungkam, meninggalkan warisan Dragon Ball dalam ketidakpastian.
Source:
Somoskudasai