Game Jepang

Rahasia Kesuksesan Video Game Jepang Mendominasi Pasar Dunia yang Jarang Diketahui

Sumber : asiaexpertsforum

Selama bertahun-tahun, video game Jepang telah meraih kesuksesan secara konsisten. Tak heran jika banyak pekerja di industri anime yang berpindah ke industri game, yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi industri anime Jepang itu sendiri. Namun di balik fenomena tersebut, video game Jepang telah meninggalkan jejak mendalam di setiap generasi konsol dan para pemainnya.

Bagi Shuhei Yoshida, mantan pemimpin PlayStation Studios dan sosok berpengaruh dalam industri ini, fenomena tersebut bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari keputusan yang jelas: bertaruh pada hal-hal yang menjadikan budaya Jepang unik.

Dalam sebuah wawancara terbaru dengan PlayStation Inside, Yoshida menjelaskan bahwa kebangkitan kembali industri game Jepang disebabkan oleh fakta bahwa game-game ini hanya bisa dikembangkan di Jepang, oleh orang Jepang, dan dengan pemahaman mendalam terhadap konteks budaya mereka. Menurutnya, pendekatan ini tidak hanya bernilai artistik, tetapi juga terbukti sukses secara komersial.

Yoshida mengenang bagaimana, pada era PlayStation 3, para pengembang Jepang sempat mencoba mengikuti tren Barat usaha yang justru membuat mereka kehilangan identitas kreatif. Masa tersebut, yang ditandai oleh kebingungan dan pencarian akan “keuniversalan”, justru mengikis orisinalitas.

Namun, menurut Yoshida, krisis itu penting karena mendorong studio-studio untuk merefleksikan diri dan kembali ke akar budaya mereka. Salah satu contoh paling mencolok dari kebangkitan ini adalah NieR: Automata, RPG yang disutradarai oleh Yoko Taro. Game ini secara tegas mengusung narasi dan estetika khas Jepang, dengan inspirasi kuat dari Evangelion. Dirilis sebagai karya yang menolak formula Barat, NieR: Automata menjadi titik balik. Ceritanya yang sarat tema filosofis dan emosional membuktikan bahwa game berakar budaya kuat tidak hanya layak, tetapi juga diminati di pasar global.

Sejak itu, studio-studio seperti FromSoftware, Atlus, Capcom, dan Nintendo semakin mengukuhkan kesuksesan mereka dengan tetap setia pada esensi budaya mereka. Bagi Yoshida, keaslian budaya adalah keunggulan kompetitif dalam industri yang dipenuhi karya generik. Ia menutup refleksinya dengan menyatakan bahwa tak ada perusahaan yang bisa sukses hanya dengan meniru formula milik orang lain. Dalam kata-katanya: “Jalan yang benar adalah memperkaya industri dengan budaya-budaya yang unik,” seraya menekankan bahwa publik global tahu cara menghargai sesuatu yang otentik.

Di dunia di mana banyak game terasa seperti salinan satu sama lain, game yang mencerminkan identitas khas mampu menonjol dan terhubung secara emosional dengan audiens. Jepang, dengan warisan budayanya yang kaya, telah berhasil memanfaatkan kekuatan ini dan kembali memimpin pasar hiburan digital dunia.

Rasa saling menghormati antar pengembang juga menjadi sorotan, terutama setelah pertukaran pujian antara Guillaume Broche, sutradara Clair Obscur: Expedition 33, dan Kazutaka Kodaka, pencipta Danganronpa. Keduanya saling mengakui kualitas dan visi artistik satu sama lain secara terbuka, memicu antusiasme di kalangan penggemar RPG berbasis giliran.

Pengakuan lintas budaya seperti ini mencerminkan industri yang semakin terhubung dan terbuka terhadap suara-suara baru, namun tetap memegang teguh bahwa kesetiaan terhadap visi asli seorang kreator adalah hal yang paling dihargai oleh para pemain di seluruh dunia.