Dalam beberapa tahun terakhir, industri anime telah berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah adaptasi anime setiap tahun serta bertambahnya jumlah penggemar anime di seluruh dunia. Namun, pertumbuhan ini juga membawa tantangan baru bagi industri anime Jepang. Salah satu tantangan utama adalah meningkatnya permintaan akan konten anime yang belum sepenuhnya dapat diimbangi oleh kapasitas produksi industri saat ini. Karena itulah, teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) mulai dilirik sebagai solusi potensial untuk menjawab tantangan tersebut.
Implementasi AI dalam industri anime menjadi topik hangat yang banyak diperbincangkan belakangan ini, terutama karena munculnya pro dan kontra dari berbagai pihak. Di sisi kontra, sejumlah komunitas dan pelaku industri menolak penggunaan AI dalam produksi anime. Contohnya, komunitas di situs AniList menolak keberadaan anime buatan AI, dan platform streaming anime terbesar, Crunchyroll, juga menyatakan secara terbuka bahwa mereka menolak penggunaan AI dalam produksi anime.
Namun, di sisi lain, tidak sedikit pula pihak yang mendukung penggunaan AI. Salah satu contohnya adalah Netflix, yang telah mulai mengadopsi teknologi AI dalam proyek animenya. Studio animasi ternama seperti Toei Animation juga menyatakan ketertarikannya untuk menggunakan AI dalam proses produksi. Di tengah perdebatan ini, Kadokawa, salah satu perusahaan penerbit dan produser konten terbesar di Jepang, turut memberikan pandangannya mengenai peran AI dalam produksi anime.
CEO Kadokawa, Takeshi Natsuno, dalam wawancara terbaru dengan The Worldfolio, mengungkapkan bahwa perusahaannya melihat AI sebagai alat pendukung, bukan sebagai pengganti kreator manusia. Ia mengatakan:
“Pada titik ini, kami melihat AI terutama sebagai alat pendukung, karena AI masih belum bisa benar-benar kreatif secara mandiri. Saya sendiri berasal dari industri TI dan masih menjabat sebagai profesor di sebuah universitas, jadi saya memiliki pemahaman yang cukup kuat tentang topik ini.”
“AI bergantung pada data dalam jumlah besar dan meskipun hal ini memungkinkan teknologi berfungsi secara efektif, itu juga menyebabkan standarisasi. Standarisasi tersebut cenderung meratakan ekspresi kreatif. AI bisa mereproduksi pola, tetapi tidak bisa menghasilkan jenis orisinalitas yang menjadi ciri khas penceritaan yang kuat. Serial seperti Oshi no Ko, misalnya, terlalu imajinatif dan tidak konvensional—sesuatu yang tidak akan bisa dihasilkan AI secara mandiri.”
Lebih lanjut, Natsuno menjelaskan bahwa saat ini Kadokawa menggunakan AI terutama untuk membantu para seniman. Contohnya, AI digunakan untuk mewarnai animation cels setelah sketsa selesai dibuat. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi tanpa mengganggu proses kreatif inti.

Kadokawa juga sebelumnya telah menyampaikan rencana mereka untuk menerapkan teknologi AI dalam produksi anime dalam dokumen Rencana Manajemen Menengah FY2023–2027 (halaman 7). Dalam dokumen tersebut, mereka menyebutkan akan memperkuat studio produksi internal melalui “dukungan produksi berbasis AI”. Selain itu, Kadokawa juga mengembangkan alat AI lainnya seperti Mantra, yaitu alat penerjemah manga berbasis pengenalan gambar dan pemrosesan bahasa alami untuk menerjemahkan bahasa Jepang ke berbagai bahasa asing.
Kadokawa juga menyoroti bahwa salah satu tantangan terbesar dalam industri ini adalah kesenjangan waktu antara perilisan anime di Jepang dan internasional, yang seringkali menyebabkan beredarnya versi tidak resmi. Investasi mereka dalam teknologi dan infrastruktur turut membantu mempercepat distribusi, termasuk dalam industri penerbitan, di mana mereka berhasil menurunkan tingkat pengembalian buku yang tidak terjual dari 40% menjadi 26%.
Meskipun penggunaan AI masih menjadi isu kontroversial di kalangan penggemar dan kreator misalnya sutradara One Piece yang pernah mengkritik hasil edit AI bergaya Ghibli beberapa perusahaan besar tetap melanjutkan eksperimen dan pengembangannya. Toei Animation, misalnya, menyatakan akan menggunakan AI dalam berbagai proses produksi, dan OLM Digital saat ini sedang melakukan proyek riset untuk mengkaji kelayakan penggunaan AI di industri. Dilaporkan bahwa lebih dari 10 perusahaan anime besar telah menyatakan kesediaannya untuk menguji hasil penelitian ini.