Korea

Haenyeo: Mermaid Tangguh dari Pulau Jeju

Potret Haenyeo Sumber: Visit Jeju

Haenyeo seringkali mendapat julukan mermaid dari Korea. Profesi ini mempunyai sejarah cukup panjang loh. Buat kamu yang salfok selama menonton When Life Give You Tangariene sama profesi dari ibunya Ae Sun, wajib menyimak artikel ini! Kamu akan menelusuri beberapa fakta unik seputar Haenyeo, tapi sebelum itu simak pengertian singkat Haenyeo ya.

Melansir dari Google Art and Culture, Haenyeo adalah penyelam wanita profesional yang menyelam ke dalam laut tanpa menggunakan perlengkapan mekanik untuk menangkap hasil laut.

Bagi mereka, laut adalah ruang kerja sekaligus area “peternakan laut”. Mengingat langkanya lahan subur di Jeju akibat bentang alam vulkaniknya, masyarakat pulau ini secara kreatif mengolah laut sebagai sumber pangan utama, layaknya bercocok tanam di darat.

Tradisi unik para penyelam wanita Jeju, Haenyeo, diperkirakan berakar sejak abad ke-17. Pada masa tersebut, absennya banyak pria akibat dinas militer atau kecelakaan di laut menyebabkan perubahan peran gender, di mana wanita tampil sebagai pencari nafkah utama melalui keahlian menyelam mereka. Proses ini kemudian mengantarkan komunitas Haenyeo menjadi ikon yang kuat akan kemandirian kaum perempuan di Pulau Jeju.

Beberapa hal yang wajib kamu ketahui tentang mermaid jeju ini!

1. Profesi yang Didominasi Wanita

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Haenyeo didominasi oleh wanita. Hal tersebut lahir dari budaya matriarki yang ada di pulau Jeju. Di mana wanita berperan sebagai pencari nafkah utama.

2. Tanpa Memakai Tangki Oksigen

Haenyeo menyelam di kedalaman 10 sampai 20 meter tanpa alat bantu. Mereka hanya mengandalkan kemampuan menahan napas. Wah keren banget, bukan?

3. Hasil Tangkapannya

Para Haenyeo dari Jeju mencari nafkah dengan memanen berbagai hasil laut seperti abalon, keong, teripang, dan hijiki. Di Jeju sendiri, mereka dikenal dengan sebutan Jomsu, Jamnyeo, atau Jamsu. Kehidupan dan pekerjaan mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Pulau Jeju. Konon, para nelayan telah memanen abalon dan menyajikannya sejak zaman dinasti Joseon.

4. Hierarki Berdasarkan Pengalaman

Dalam komunitas Haenyeo memiliki tiga tingkatantingkatan, yang pertama adalah sanggun sebutan untuk yang paling berpengalaman, diikuti oleh junggun dan hagun.

5. Warisan Budaya UNESCO

Pada tahun 2016, UNESCO memberikan pengakuan kepada budaya Haenyeo dari Pulau Jeju sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. Penghargaan ini diberikan karena cara menyelam tradisional para wanita Haenyeo dianggap mencerminkan nilai kebersamaan, ciri khas budaya Jeju, dan keselarasan dengan alam.

6. Haenyeo Saat Ini

Sayangnya, pekerjaan Haenyeo yang berat dan didominasi orang tua ini kurang diminati generasi muda Jeju. Mereka lebih memilih kerja kantoran atau pindah ke kota besar, menyebabkan jumlah Haenyeo menurun drastis. Selain pilihan karier, perkembangan industri lain seperti jeruk dan pariwisata juga mengancam keberlanjutan profesi ini. Pemerintah Korea Selatan berusaha melestarikannya sebagai daya tarik wisata dan mendorong minat generasi muda.

Itulah beberapa fakta unik seputar Haenyeo yang wajib kamu ketahui!

Jadi, Hanyeo ini bukan sekadar penyelam biasa, tapi bagian yang sangat penting dari Jeju. Mereka itu bukti bahwa perempuan juga bisa tangguh di laut.

Semoga cerita tentang Hanyeo ini menginspirasi dan bikin kamu makin pengen liburan ke Jeju!