Seollal (설날), atau Tahun Baru Imlek adalah salah satu perayaan terbesar dan paling penting di Korea. Tidak hanya sebagai momen untuk merayakan awal tahun baru, Seollal juga penuh dengan tradisi dan makna yang mendalam, yang telah ada selama ribuan tahun.
Definisi Seollal
Seollal adalah hari pertama tahun baru berdasarkan kalender lunar, yang dirayakan di Korea dan wilayah budaya Asia Timur lainnya. Pada hari ini, keluarga dan kerabat berkumpul untuk melakukan ritual penghormatan yang dikenal sebagai “charye” dan menikmati hidangan khas seperti tteokguk, yaitu sup kue beras. Kata “Seollal” berasal dari kata “seol,” yang berarti “baru” dan “asing,” mencerminkan semangat menyambut tahun baru dengan harapan dan kebaruan.
Asal Usul Seollal
Meskipun tidak ada catatan pasti mengenai kapan Seollal pertama kali dirayakan, tetapi diyakini bahwa tradisi ini dipengaruhi oleh kebiasaan Tahun Baru di Tiongkok kuno. Sejak zaman Negara-Negara berperang (770–476 SM), ada tradisi merayakan tahun baru secara lunar, dan Korea mengadopsi perayaan ini pada masa Tiga Kerajaan.
Setelah masa Tiga Kerajaan (Silla, Baekje, dan Goguryeo) Seollal mulai menjadi perayaan yang lebih terstruktur dengan ritual untuk menghormati leluhur dan merayakan tahun baru. Pada masa Dinasti Joseon, perayaan ini diatur secara resmi dengan adanya kegiatan seperti 차례 (charye) dan 세배 (sebae).
Tradisi dan Kebiasaan Seollal
Seollal dipenuhi dengan berbagai tradisi dan kebiasaan yang kaya makna. Salah satu tradisi utama adalah “charye,” di mana keluarga melakukan ritual penghormatan kepada nenek moyang dengan menyajikan hidangan seperti tteokguk, sayuran, dan jeon di atas meja.
Selain itu ada tradisi “sebae,” di mana anak-anak menghormati orang tua dengan membungkuk dan berharap untuk kesehatan dan kebahagiaan di tahun yang baru. Orang tua biasanya memberikan deokdam (ucapan baik) dan uang sebagai hadiah.
Makan tteokguk pada hari Seollal juga memiliki makna khusus, yaitu menandakan bertambahnya usia satu tahun. Selain itu, permainan tradisional seperti yutnori, layang-layang, dan jegichagi sering dimainkan untuk menambah keceriaan perayaan.