Jepang Opini

Kodomo no Hi: Hari Anak di Jepang yang Dibalut Makna, Tradisi, dan Cinta

Koinobori, Ikon Hari Anak di Jepang. Sumber: istockphoto.com

Di Jepang, setiap tanggal 5 Mei dirayakan sebagai Kodomo no Hi (こどもの日), atau Hari Anak. Hari anak ini bukan sekadar hari libur biasa. Hari anak ini merupakan waktu khusus untuk menghormati anak-anak, merayakan pertumbuhan mereka, dan mendoakan masa depan yang sehat, bahagia, serta penuh harapan.

Kodomo no Hi adalah bagian dari rangkaian hari libur nasional yang dikenal sebagai Golden Week, yaitu masa liburan paling dinanti di Jepang. Di tengah euforia liburan, Kodomo no Hi punya tempat tersendiri karena ia bukan hanya tentang bermain atau bersenang-senang bersama, melainkan juga tentang pelestarian nilai-nilai keluarga, harapan, dan budaya.

Sejarah Kodomo no Hi

Awalnya, perayaan ini dikenal sebagai Tango no Sekku (端午の節句) dan sudah ada sejak zaman Heian (794–1185). Saat itu, perayaan dilakukan pada hari kelima bulan kelima dalam kalender lunar dan khusus diperuntukkan bagi anak laki-laki, terutama dari keluarga bangsawan dan samurai dengan tujuan untuk merayakan tumbuh kembang anak laki-laki dan pengakuan terhadap ayah mereka.

Dalam budaya samurai, anak laki-laki dididik untuk menjadi pejuang yang kuat, bijak, dan berani. Maka dari itu, Tango no Sekku diwarnai dengan simbol-simbol keberanian dan perlindungan. Setelah Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1948, pemerintah Jepang secara resmi menetapkan 5 Mei sebagai Hari Anak (Kodomo no Hi) dan menjadikannya sebagai hari libur nasional. Tujuannya juga diperluas, tidak hanya untuk merayakan anak laki-laki, tetapi merayakan seluruh anak-anak Jepang.

Meski demikian, banyak tradisi lama yang masih bertahan, sehingga secara budaya, Kodomo no Hi seringkali lebih menonjolkan perayaan untuk anak laki-laki. Sementara anak perempuan memiliki hari khusus tersendiri, yaitu Hinamatsuri yang dirayakan setiap 3 Maret.

Simbol dan Tradisi Kodomo no Hi

Setiap tradisi yang dilakukan pada Kodomo no Hi mengandung makna mendalam yang diwariskan secara turun-temurun. Beberapa simbol yang paling dikenal antara lain:

1. Koinobori (鯉のぼり) – Bendera Ikan Koi

Salah satu hal paling ikonik dari perayaan hari anak di Jepang adalah koinobori, yaitu bendera berbentuk ikan koi yang dikibarkan di depan rumah. Biasanya, bendera ini terdiri dari:

  • Ikan koi hitam (magoi) melambangkan ayah,
  • Ikan koi merah atau merah muda (higoi) melambangkan ibu,
  • Ikan koi berwarna lain (biru, hijau, oranye) mewakili anak-anak, satu bendera untuk setiap anak.

Ikan koi dipilih karena ia dikenal sebagai simbol keberanian dan tekad yang kuat. Dalam cerita rakyat Tiongkok yang juga dikenal di Jepang, seekor koi berenang melawan arus sungai dan berhasil melompati air terjun, kemudian berubah menjadi naga. Kisah ini menjadi simbol perjuangan hidup dan harapan agar anak-anak tumbuh menjadi orang yang kuat, pantang menyerah, dan bisa meraih cita-cita setinggi mungkin.

2. Kabuto (兜) dan Gogatsu Ningyo (五月人形)

Kabuto adalah helm perang milik samurai, sementara Gogatsu Ningyo adalah boneka pejuang. Keduanya biasanya dipajang di rumah sebagai bentuk doa agar anak-anak laki-laki mereka memiliki jiwa pemberani, terlindungi dari bahaya, dan tumbuh menjadi sosok pemimpin yang bertanggung jawab.

3. Makanan Khas, Kashiwa Mochi dan Chimaki

Seperti banyak perayaan Jepang lainnya, Kodomo no Hi juga memiliki makanan khas yang penuh simbol bermakna:

  • Kashiwa mochi adalah kue mochi berisi pasta kacang merah yang dibungkus daun pohon oak. Daun oak dipercaya tidak akan gugur sebelum tunas baru tumbuh, sehingga menjadi simbol keberlanjutan keluarga dan harapan agar generasi penerus selalu terjaga.
  • Chimaki adalah ketan manis yang dibungkus dengan daun bambu. Bambu dikenal sebagai simbol kekuatan dan perlindungan dari hal-hal jahat.

Makna Emosional dan Sosial

Kodomo no Hi bukan hanya tentang anak-anak, tetapi juga tentang keluarga dan cinta tanpa syarat. Ini adalah momen bagi para orang tua untuk menunjukkan rasa syukur atas kehadiran anak-anak mereka, serta harapan agar mereka dapat tumbuh dalam dunia yang lebih baik.

Perayaan ini juga menjadi pengingat penting bahwa anak-anak bukan hanya penerima warisan budaya, tetapi juga pencipta masa depan. Karena itu, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan terhadap anak menjadi isu yang harus turut mendapat perhatian besar di sekitar perayaan ini.

Banyak sekolah dan komunitas mengadakan kegiatan khusus, seperti lomba membuat koinobori, pertunjukan budaya, hingga aktivitas outdoor yang menyenangkan. Semua ini bertujuan untuk mempererat hubungan keluarga dan menumbuhkan rasa bangga dalam diri anak-anak terhadap budaya mereka.

Kodomo no Hi di Era Modern

Meskipun Jepang terus berubah sebagai negara modern dengan gaya hidup yang serba cepat, Kodomo no Hi tetap bertahan sebagai hari yang penuh nilai dan simbol. Bahkan di kota-kota besar seperti Tokyo atau Osaka, pemandangan koinobori yang berkibar di taman-taman atau sungai tetap menjadi daya tarik yang menenangkan.

Di era digital, banyak keluarga juga membagikan momen hari anak mereka melalui media sosial, dari memasang koinobori mini di apartemen, membuat kashiwa mochi bersama anak, hingga memakai yukata lucu untuk merayakan hari yang cerah.

Kodomo no Hi adalah cerminan dari bagaimana budaya Jepang yang sangat menghargai masa kecil sebagai masa yang berharga dan penuh potensi. Di balik warna-warni koinobori yang menari diterpa angin, tersimpan doa-doa lembut para orang tua agar anak-anak mereka senantiasa hidup dalam kebahagiaan, keberanian, dan penuh dengan harapan.

Perayaan ini mengajarkan kita semua bahwa masa depan bangsa tergantung pada bagaimana kita mencintai dan membimbing anak-anak hari ini dengan hangat, dengan harapan, dan dengan sepenuh hati.